1.1. Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Produksi
1.
Produk
Selama
permintaan difokuskan pada produk, maka situasi pasar penjualan dan persaingan
dengan perusahaan lain akan memiliki pengaruh yang besar bagi suatu perusahaan
manufaktur. Untuk memenuhi permintaan tersebut maka jadwal induk produksi
(master production schedule) merupakan syarat yang harus dipenuhi. Dewasa ini,
permintaan pemesan memiliki karakteristik jenis produk yang bervariasi dan
ukuran lot lebih kecil, waktu penyerahan pesanan lebih singkat dan kualitas
produk lebih tinggi.
2.
Teknik Produksi
Perusahaan dipengaruhi juga oleh
perkembangan dan kemajuan teknik produksiseperti lahirnya teknologi baru dan
penggunaan sistem otomasi dalam proses manufaktur. Selain itu terjadi
kecenderungan meningkat pada masa yang akan datang untuk mengintegrasikan
aliran informasi dan material. Kondisi tersebut ditandai melalui penerapan
karakteristik Flexible Manufacturing System, Computer Integrated Manufacturing
dan konsep logistik.
Faktor yang mempengaruhi sistem produksi dan penggabungan tujuan yang akan
dicapai
3.
Kondisi Sosial
Perubahan
kondisi kerja di perusahaan akan mempengaruhi sistem manufaktur. Perubahan
tersebut meliputi penyingkatan jam kerja dalam seminggu, pengaturan baru
terhadap waktu istirahat dan pergantian kerja (shift) dan penerapan metoda organisasi
baru seperti memisahkan pekerjaan pada tahap perakitan. Pada saat merancang dan
menjalankan pabrik, lingkungan kerja yang baru harus menemukan kebutuhan baru
yang membatasi celah fisik dan mental yang terdapat pada pekerja.
1.2. Tujuan
Sistem Produksi Yang Akan Dicapai
1.
Produktivitas
Tujuan pertama keberhasilan
industri manufaktur adalah keuntungan jangka panjang yang didasari
produktivitas. Tujuan lainnya adalah melakukan efisiensi biaya pada tahap
perancangan, perencanaan, pemrosesan, penyimpanan dan transportasi. Pendekatan
baru dewasa ini memiliki tujuan tambahan berupa pemendekan lead time proses
manufaktur, inventory yang rendah dan hasil luaran total yang lebih
baik. Lead time diusahakan lebih singkat atau paling sedikit sama dengan
yang tercantum pada kontrak kerja. Inventory yang lebih rendah akan
memberikan dampak bahwa working capital yang akan dikeluarkan dapat
diinvestasikan menjadi peralatan produksi baru dan ruangan yang digunakan untuk
penyimpanan menjadi lebih kecil, aliran manufaktur yang dihasilkan lebih transparan,
resiko kerusakan lebih kecil dan lead time menjadi lebih pendek karena
antrian pada pusat kerja (work center) lebih sedikit. Perbaikan luaran secara
total diwakili melalui lahirnya sistem FMS (Flexible Manufacturing System)
atau FAS (Flexible assembly system). Jika perancangan tahap awal dan pengoperasian
sistem tersebut salah atau tidak sesuai maka tujuan yang diinginkan tidak akan
tercapai. Yang mana tujuan tersebut adalah menghasilkan tingkat kesalahan
proses yang kecil dan kesalahan produk yang dapat ditoleransi, kompensasi
selama pemberhentian produksi kecil dan pemeliharaan yang lebih mudah atau
koreksi dilakukan dengan sendirinya.
2.
Fleksibelitas
Fleksibelitas menjadi tujuan
penting pada banyak perusahaan. Seringkali jadwal induk produksi (master
production schedule) berubah sangat cepat berkenaan dengan jumlah dan jenis
produk yang diterima. Untuk melakukan fleksibelitas akibat perubahan yang terjadi
maka sumber kapasitas harus diatur melalui penerimaan pesanan yang lebih
sedikit, produk yang masuk atau keluar ditentukan oleh unit produksi, melakukan
subkontrak proses manufaktur atau mengadaptasi penggunaan mesin otomatis multi
guna.
Implementasi teknologi baru
harus dilakukan secara bersamaan untuk aliran dan pengendalian informasi. Pada
saat merencanakan pemasangan suatu peralatan, perlu dipertimbangkan bahwa
peralatan tersebut dapat ditata ulang kembali dengan biaya yang murah, sehingga
menjamin tingkat fleksibelitas yang lebih besar. Fleksibelitas diperlukan juga
pada penjadwalan dan pengendalian proses manufaktur.
3.
Ketertarikan lingkungan kerja
Pada saat merancang awal atau
merancang ulang fasilitas, perhatian harus ditujukan untuk membuat ketertarikan
terhadap tempat kerja. Pertimbangan harus memperhatikan segi fisik dan mental
pekerja. Segi fisik pekerja dikurangi melalui penggunaan mesin, dan segi mental
dipengaruhi sistem informasi dan penggunaan teknologi komunikasi dalam
mengendalikan dan mengarahkan pekerjaan. Komputer dirancang sebagai alat bantu
untuk menyelesaikan pekerjaan, sedangkan operator akan menentukan pencapaian
hasil pekerjaan.
Pekerja harus dapat mengkaitkan
hasil pekerjaan yang dilakukan tanpa merasa tertekan oleh aktivitas yang sangat
padat. Struktur kerja baru akan memiliki efek yang harus dipertimbangkan dalam
bentuk biaya. Perhatian terhadap kualitas produk dan pemberdayaan (utilization)
mesin harus dipertimbangkan juga karena akan mempengaruhi biaya yang akan
dikeluarkan perusahaan.
1.3.
Pergeseran Tujuan Pada Pengendalian
Manufaktur
Perbedaan tujuan pada perusahaan
manufaktur sering terjadi. Bagian pemasaran dan pemesan menghendaki delivery
yang lebih pendek atau sesuai jadwal, pada sisi lainnya bagian produksi
menghendaki tingkat pembebanan dan penggunaan peralatan semaksimal mungkin.
Selain itu bagian keuangan dan bagian produksi menghendaki tingkat sediaan
material serendah mungkin.
Pergeseran tujuan pengendalian
manufaktur
Awalnya, pemberdayaan mesin dan
tenaga kerja merupakan suatu hal yang sangat penting. Dewasa ini, perhatian
lebih ditujukan pada waktu delivery, memaksimalkan semua luaran dan menurunkan
inventory secara bersamaan.
·
Lead time yang lebih pendek akan memendekkan
waktu delivery sehingga menambah kekuatan suatu perusahaan untuk bersaing dan
juga akan mengurangi resiko jika terjadi perubahan rancangan produk. Keandalan
jadwal dibutuhkan juga untuk bersaing dengan perusahaan lain. Adanya jadwal
detail akan mengakibatkan pekerjaan dapat dilakukan lebih baik dan biaya lebih
efisien. Penjadwalan tersebut harus direncanaan, dilaksanaan dengan baik dan
tidak dihalangi oleh penerimaan pesanan mendadak yang dilakukan terus-menerus.
· Inventory yang tinggi akan menyembunyikan
beberapa masalah yang terjadi dalam tempo singkat seperti waktu setup yang
berlebihan, proses yang tidak dapat diandalkan dan buruknya kualitas produk,
sehingga pada akhirnya lead time akan bertambah panjang. Akibat lainnya adalah
keterlambatan delivery akibat antrian pekerjaan pada work center yang terkait.
1.4. Akibat
Penerapan Penjadwalan Konvensional
Pada saat perusahaan tidak
memiliki informasi yang dapat diandalkan untuk menanggulangi pesanan yang
terlambat, seringkali perusahaan tersebut percaya bahwa mereka dalam kondisi
baik bila dibandingkan kondisi aktual yang terjadi. Sebagai contoh dialami oleh
perusahaan pengolah logam yang diobservasi oleh Institut Fabrikanlagen of
Hannover University di Jerman. Hasil penelitian menunjukkan suatu kondisi
yang tidak diduga dan tidak diharapkan sebelumnya,
yang mana :
Flow time per operasi sebesar 8,5
hari (allowance direncanakan sekitar 5 hari kerja per operasi).
Order flow time sebesar
80,1 hari (direncanakan sekitar 55,4 hari).
Rata-rata keterlambatan delivery selama 13
hari.
Dengan mengasumsikan batas deviasi delivery plus
minus 5 hari, ternyata didapat hanya sekitar 15 % pesanan yang memenuhi target
sedangkan lebih dari 70% pesanan mengalami keterlambatan.
Data umpan balik (feed back) yang tidak
mencantumkan data operasi (paling sedikit satu jenis operasi) sekitar 36% dari
pesanan yang dikerjakan, dan pencatatan operasi yang tidak benar sekitar 23%
dari jumlah operasi yang terdapat pada work center.
Rata-rata flow time operasi terletak
antara 7 - 16 hari kerja dan rata-rata flow time yang lebih rendah
diperoleh untuk pesanan yang memiliki 10 – 12 jenis operasi, sedangkan flow
time yang lebih tinggi diperoleh untuk pesanan yang memiliki 4 – 6 jenis
operasi.
Waktu proses pemesinan lebih kecil dari 15 %
terhadap waktu alir total manufaktur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pekerjaan lebih lama menunggu, ditransportasikan atau dalam antrian (sekitar 85
% dari waktu produksi yang dibutuhkan).
Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengetahui kondisi penjadwalan yang
sebenarnya terjadi. Pokok permasalahan sebenarnya adalah penekanan inventory
yang berlebihan sehingga mengakibatkan permasalahan yang sedang terjadi tidak
terlihat dan akhirnya akan menambah flow time. Selain itu penekanan berlebihan
diterapkan pada pemenuhan tujuan utilization dan lemahnya penentuan inventory
yang sesuai.
1.5.
Jenis Sistem Produksi
1.5.1.
Pendekatan Sistem
Q Just In
Time (JIT)
Merupakan suatu pendekatan di
dalam sistem produksi yang memiliki prinsip dasar membuat produk dalam jumlah,
jenis, dan waktu yang sesuai dengan kebutuhan. Jika ketiga parameter tersebut
dapat dijalankan pada semua tahapan proses, maka persediaan atau stok yang
minimum akan dicapai (menghindari penumpukan produk, karena pemrosesan produk
segera dilakukan). Tujuan utamanya memperoleh “shorter lead time”,
sehingga akan dicapai penghematan biaya.
Beberapa faktor yang harus
dipenuhi agar JIT dapat dilakukan dengan
baik adalah:
a)
Melakukan produksi campur merata (produksi yang
memungkinkan berbagai jenis barang diproduksi secara berselingan dalam satu line
produksi yang sama untuk satuan waktu tertentu, dan semua jenis barang tadi
diproduksi dengan perbandingan yang sama / atau rata tanpa adanya stok diantara
proses).
b)
Aliran proses yang kontinyu.
c)
Standardisasi kerja yang efisien (takt time yang
efisien dan stok produk in process / WIP yang optimum)
d)
Penerapan production pulling system:
Kanban proses / produksi.
Q Kanban
“Production pulling system”
menerapkan bahwa suatu proses baru akan dilakukan untuk menghasilkan produk dan
memenuhi proses berikutnya. Apa yang menjadi trigger adalah bahwa production
system diberikan pada pos prosuksi terdepan (terakhir) yang akan menarik pos-pos
sebelumnya. Untuk menjalankan sistem tersebut maka diperlukan “informasi” atau
“komunikasi” yang cepat dan akurat, sehingga dapat segera dilakukan suatu
langkah untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi.
“Alat komunikasi” untuk
memperlancar proses tersebut adalah “kanban” / “kartu instruksi” (kanban
proses, kanban produksi) dan intrumen lainnya seperti:
a)
Palet, konveyor, informasi elektronik, dll).
b)
Kanban Produksi
Merupakan kanban internal proses
yang beredar di plant, baik itu proses produksi di suatu jalur produksi atau
antar proses di lain jalur produksi.
c)
Kanban Transport
Merupakan kanban eksternal yang
beredar di luar plant, baik itu kanban yang beredar ke plant lain dalam suatu
perusahaan atau ke supplier.
d)
Kanban bertujuan untuk :
Meminimalkan kelebihan persediaan atau bahkan menghilangkannya.
Penyelarasan antar proses produksi.
Suatu prasyarat yang harus diikuti agar kualitas
produk terjamin.
Menghilangkan pemborosan dan menurunkan biaya
produksi.
Q Kaizen
Merupakan salah satu “tools” yang
digunakan untuk mencapai Excellent Production Operation. Kaizen
diartikan sebagai continuous improvement yang dilakukan secara bertahap,
berlanjut, unlimited time (dari waktu ke waktu). Proses yang dilakukan
memiliki tahapan:
· Penetapan
standard kerja.
· Proses
pencapaian.
· Pemeriksaan
atas hasil yang didapat.
· Serta
peningkatan ke standard kerja yang lebih tinggi.
Tujuan penerapannya adalah untuk menurunkan man
hour sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Penurunan tersebut
dapat dilakukan melalui:
a.
Meneliti gerakan operator dalam bekerja
(mengurangi aktivitas yang tidak menambah nilai tambah / pemborosan).
b.
Memperhatikan waktu kerja dari masing-masing
operator (cycle time)
c.
Pengaturan
kembali job operator.
d.
Melakukan improvement melalui operator improvement
maupun facility improvement.
e.
Melakukan pengaturan lokasi kerja sebaik mungkin
sehingga penggunaan waktu akan efektif dan terciptanya kombinasi pekerjaan yang
lebih baik.
Q MRP
(Material Require Planning)
Pengendalian menitikberatkan
pada perencanaan kebutuhan berdasarkan material pembentuk rakitan. Daftar
kebutuhan material secara lengkap ditentukan berdasarkan bill of material, dan
pemesanan dilakukan sesuai dengan urutan perakitan komponen yang terdiri atas sub
atau sub-sub pembentuk unsur rakitan. Fungsi yang ada di organisasi bersinergi
untuk merencanakan dan mengendalikan produksi sesuai kebutuhan material pada
perakitan mesin.
1.5.2.
Pendekatan Proses
Q Continuous
process
Proses pembuatan produk dimulai
dari bahan baku sampai dengan produk jadi merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan seperti: pabrik kertas, pabrik semen, petro kimia, pengilangan
minyak,
pengecoran logam.
Q Batch
process
Proses pembuatan produk terdiri
dari beberapa sub proses yang dapat dipisahkan, atau proses pembuatan dapat
dilakukan oleh beberapa mesin secara parallel yang tidak bergantung antara satu
dengan yang lainnya.
Q Fleet
process
Proses ditinjau berdasarkan
objek pemeliharaan fasilitas armada seperti angkutan umum, taksi bis, kapal
laut, dan kapal terbang.
1.5.3.
Pendekatan Produk
Q Job Shop
Karakteristik produk pesanan
sangat bervariasi. Pesanan yang datang tidak hanya satu jenis saja tetapi
beragram. Jumlah pesanan tidak banyak bahkan dapat dipesan dengan jumlah 1 buah
atau 1 unit saja. Pabrik pembuat pesanan dirancang untuk mengantisipasi jenis pesanan
yang beragam. Pola perencanaan dan pengendalian produksi dirancang untuk
memenuhi kebutuhan pesanan yang beraneka ragam.
Q Mass
Produk
Karakteristik produk tidak bervariasi dan jumlah
pesanan dalam orde ribuan, puluhan ribu, bahkan jutaan. Efisiensi waktu
ditinjau sampai dengan satuan yang terkecil seperti waktu setup, waktu
pemotongan, waktu perakitan. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud maka diterapkan
mekanisasi industri seperti sistem ban berjalan.
Q Unit
Produk
Karakteristik produk tidak bervariasi dan penciri
utamanya bahwa produk pesanan terdiri atas beberapa komponen yang dirakit untuk
membentuk suatu unit rakitan / mesin. Dan pabrik pembuat hanya membuat saju
jenis produk saja.
1.6.
Keterkaitan Sistem Produksi dengan “QCDSF”,
Cash Flow dan Margin Profit
Pendekatan kedua dilakukan
melalui peninjauan terhadap keterkaitan diantara sistem produksi dengan cash
flow (aliran kas keuangan) dan margin profit (keuntungan) dengan
memperhatikan rambu-rambu berupa pemenuhan:
§ Kualitas
produk yang dihasilkan (Quality)
§ Biaya
produk yang bersaing (Cost)
§ Ketepan
waktu penyerahan produk (Delivery)
§ Keamanan
dalam produksi dan penggunaan produk (Safety)
§ Cara
berproduksi dan produk yang dihasilkan memenuhi aspek moral kemasyarakatan dan
lingkungan (Moral)
Tabel
Margin profit
1.7.
Penanganan Produksi secara Terstruktur
Pendekatan pertama yang dapat
dilakukan adalah melakukan penjabaran fungsi berikut ruang lingkup aktivitas
terkait pada Industri Manufaktur. Hal tersebut dilakukan tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan secara konotasi saja (syarat struktur organisasi), melainkan
juga harus dilengkapi dengan beberapa parameter terukur berikut cara
mengukurnya untuk menentukan target, kinerja dan efisiensi yang akan, sedang
dan telah dilakukan. Secara umum pembagian fungsi berikut aktivitas pada Industri
Manufaktur dapat dikatagorikan menjadi:
§ Fungsi
berikut Aktivitas Pemasaran dan Penjualan.
§ Fungsi
berikut Aktivitas Perencanaan dan Pengendalian Produksi.
§ Fungsi
berikut Aktivitas Pelaksana Produksi
§ Fungsi
berikut Aktivitas Kendali Mutu.
§ Fungsi
berikut Aktivitas Pengelolaan Logistik.
§ Fungsi
berikut Aktivitas Pengelolaan Keuangan.
§ Fungsi
berikut Aktivitas Pendukung.
Penanganan produksi secara terstruktur dapat
dilihat pada gambar berikut:
1.8.
Sistem Dokumentasi berdasarkan ISO
Pada penerapannya, beberapa
industri manufaktur telah mengimplentasikan sistem manajemen mutu berdasarkan
ISO. Penerapan tersebut ditujukan untuk meningkatkan tingkat kepercayaan
pelanggan pada suatu industri manufaktur. Penerapan dapat dimulai melalui
penentuan uraian aktivitas yang diikuti dengan prosedur atau dokumentasi yang
menyertainya.
Pemetaan proses yang dilakukan
harus dapat mencerminkan keterkaitan antara seluruh aktivitas pada industri
manufaktur secara terstruktur. Keterkaitan antar seluruh aktivitas umumnya
dimodelkan melalui suatu bagan di bawah
Struktur
aktivitas kegiatan produksi
......Semoga Bermanfaat...
......Semoga Bermanfaat...
Good info
ReplyDeleteThanks