HOME PASANG IKLAN BERITA PENGELASAN ABOUT ME

Sunday 13 May 2012

Karakteristik Sistem Produksi


1.1.       Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Produksi
1.        Produk
Selama permintaan difokuskan pada produk, maka situasi pasar penjualan dan persaingan dengan perusahaan lain akan memiliki pengaruh yang besar bagi suatu perusahaan manufaktur. Untuk memenuhi permintaan tersebut maka jadwal induk produksi (master production schedule) merupakan syarat yang harus dipenuhi. Dewasa ini, permintaan pemesan memiliki karakteristik jenis produk yang bervariasi dan ukuran lot lebih kecil, waktu penyerahan pesanan lebih singkat dan kualitas produk lebih tinggi.

2.        Teknik Produksi
Perusahaan dipengaruhi juga oleh perkembangan dan kemajuan teknik produksiseperti lahirnya teknologi baru dan penggunaan sistem otomasi dalam proses manufaktur. Selain itu terjadi kecenderungan meningkat pada masa yang akan datang untuk mengintegrasikan aliran informasi dan material. Kondisi tersebut ditandai melalui penerapan karakteristik Flexible Manufacturing System, Computer Integrated Manufacturing dan konsep logistik.

Faktor yang mempengaruhi sistem produksi dan penggabungan tujuan yang akan dicapai


3.        Kondisi Sosial
Perubahan kondisi kerja di perusahaan akan mempengaruhi sistem manufaktur. Perubahan tersebut meliputi penyingkatan jam kerja dalam seminggu, pengaturan baru terhadap waktu istirahat dan pergantian kerja (shift) dan penerapan metoda organisasi baru seperti memisahkan pekerjaan pada tahap perakitan. Pada saat merancang dan menjalankan pabrik, lingkungan kerja yang baru harus menemukan kebutuhan baru yang membatasi celah fisik dan mental yang terdapat pada pekerja.


1.2.       Tujuan Sistem Produksi Yang Akan Dicapai
1.        Produktivitas
Tujuan pertama keberhasilan industri manufaktur adalah keuntungan jangka panjang yang didasari produktivitas. Tujuan lainnya adalah melakukan efisiensi biaya pada tahap perancangan, perencanaan, pemrosesan, penyimpanan dan transportasi. Pendekatan baru dewasa ini memiliki tujuan tambahan berupa pemendekan lead time proses manufaktur, inventory yang rendah dan hasil luaran total yang lebih baik. Lead time diusahakan lebih singkat atau paling sedikit sama dengan yang tercantum pada kontrak kerja. Inventory yang lebih rendah akan memberikan dampak bahwa working capital yang akan dikeluarkan dapat diinvestasikan menjadi peralatan produksi baru dan ruangan yang digunakan untuk penyimpanan menjadi lebih kecil, aliran manufaktur yang dihasilkan lebih transparan, resiko kerusakan lebih kecil dan lead time menjadi lebih pendek karena antrian pada pusat kerja (work center) lebih sedikit. Perbaikan luaran secara total diwakili melalui lahirnya sistem FMS (Flexible Manufacturing System) atau FAS (Flexible assembly system). Jika perancangan tahap awal dan pengoperasian sistem tersebut salah atau tidak sesuai maka tujuan yang diinginkan tidak akan tercapai. Yang mana tujuan tersebut adalah menghasilkan tingkat kesalahan proses yang kecil dan kesalahan produk yang dapat ditoleransi, kompensasi selama pemberhentian produksi kecil dan pemeliharaan yang lebih mudah atau koreksi dilakukan dengan sendirinya.

2.        Fleksibelitas
Fleksibelitas menjadi tujuan penting pada banyak perusahaan. Seringkali jadwal induk produksi (master production schedule) berubah sangat cepat berkenaan dengan jumlah dan jenis produk yang diterima. Untuk melakukan fleksibelitas akibat perubahan yang terjadi maka sumber kapasitas harus diatur melalui penerimaan pesanan yang lebih sedikit, produk yang masuk atau keluar ditentukan oleh unit produksi, melakukan subkontrak proses manufaktur atau mengadaptasi penggunaan mesin otomatis multi guna.

Implementasi teknologi baru harus dilakukan secara bersamaan untuk aliran dan pengendalian informasi. Pada saat merencanakan pemasangan suatu peralatan, perlu dipertimbangkan bahwa peralatan tersebut dapat ditata ulang kembali dengan biaya yang murah, sehingga menjamin tingkat fleksibelitas yang lebih besar. Fleksibelitas diperlukan juga pada penjadwalan dan pengendalian proses manufaktur.

3.         Ketertarikan lingkungan kerja
Pada saat merancang awal atau merancang ulang fasilitas, perhatian harus ditujukan untuk membuat ketertarikan terhadap tempat kerja. Pertimbangan harus memperhatikan segi fisik dan mental pekerja. Segi fisik pekerja dikurangi melalui penggunaan mesin, dan segi mental dipengaruhi sistem informasi dan penggunaan teknologi komunikasi dalam mengendalikan dan mengarahkan pekerjaan. Komputer dirancang sebagai alat bantu untuk menyelesaikan pekerjaan, sedangkan operator akan menentukan pencapaian hasil pekerjaan.

Pekerja harus dapat mengkaitkan hasil pekerjaan yang dilakukan tanpa merasa tertekan oleh aktivitas yang sangat padat. Struktur kerja baru akan memiliki efek yang harus dipertimbangkan dalam bentuk biaya. Perhatian terhadap kualitas produk dan pemberdayaan (utilization) mesin harus dipertimbangkan juga karena akan mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan perusahaan.


1.3.       Pergeseran Tujuan Pada Pengendalian Manufaktur
Perbedaan tujuan pada perusahaan manufaktur sering terjadi. Bagian pemasaran dan pemesan menghendaki delivery yang lebih pendek atau sesuai jadwal, pada sisi lainnya bagian produksi menghendaki tingkat pembebanan dan penggunaan peralatan semaksimal mungkin. Selain itu bagian keuangan dan bagian produksi menghendaki tingkat sediaan material serendah mungkin.



Pergeseran tujuan pengendalian manufaktur

Awalnya, pemberdayaan mesin dan tenaga kerja merupakan suatu hal yang sangat penting. Dewasa ini, perhatian lebih ditujukan pada waktu delivery, memaksimalkan semua luaran dan menurunkan inventory secara bersamaan.
·           Lead time yang lebih pendek akan memendekkan waktu delivery sehingga menambah kekuatan suatu perusahaan untuk bersaing dan juga akan mengurangi resiko jika terjadi perubahan rancangan produk. Keandalan jadwal dibutuhkan juga untuk bersaing dengan perusahaan lain. Adanya jadwal detail akan mengakibatkan pekerjaan dapat dilakukan lebih baik dan biaya lebih efisien. Penjadwalan tersebut harus direncanaan, dilaksanaan dengan baik dan tidak dihalangi oleh penerimaan pesanan mendadak yang dilakukan terus-menerus.

·         Inventory yang tinggi akan menyembunyikan beberapa masalah yang terjadi dalam tempo singkat seperti waktu setup yang berlebihan, proses yang tidak dapat diandalkan dan buruknya kualitas produk, sehingga pada akhirnya lead time akan bertambah panjang. Akibat lainnya adalah keterlambatan delivery akibat antrian pekerjaan pada work center yang terkait.


1.4.       Akibat Penerapan Penjadwalan Konvensional
Pada saat perusahaan tidak memiliki informasi yang dapat diandalkan untuk menanggulangi pesanan yang terlambat, seringkali perusahaan tersebut percaya bahwa mereka dalam kondisi baik bila dibandingkan kondisi aktual yang terjadi. Sebagai contoh dialami oleh perusahaan pengolah logam yang diobservasi oleh Institut Fabrikanlagen of Hannover University di Jerman. Hasil penelitian menunjukkan suatu kondisi yang tidak diduga dan tidak diharapkan sebelumnya,
yang mana :

*        Flow time per operasi sebesar 8,5 hari (allowance direncanakan sekitar 5 hari kerja per operasi).
*        Order flow time sebesar 80,1 hari (direncanakan sekitar 55,4 hari).
*        Rata-rata keterlambatan delivery selama 13 hari.
*        Dengan mengasumsikan batas deviasi delivery plus minus 5 hari, ternyata didapat hanya sekitar 15 % pesanan yang memenuhi target sedangkan lebih dari 70% pesanan mengalami keterlambatan.
*        Data umpan balik (feed back) yang tidak mencantumkan data operasi (paling sedikit satu jenis operasi) sekitar 36% dari pesanan yang dikerjakan, dan pencatatan operasi yang tidak benar sekitar 23% dari jumlah operasi yang terdapat pada work center.
*        Rata-rata flow time operasi terletak antara 7 - 16 hari kerja dan rata-rata flow time yang lebih rendah diperoleh untuk pesanan yang memiliki 10 – 12 jenis operasi, sedangkan flow time yang lebih tinggi diperoleh untuk pesanan yang memiliki 4 – 6 jenis operasi.
*        Waktu proses pemesinan lebih kecil dari 15 % terhadap waktu alir total manufaktur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan lebih lama menunggu, ditransportasikan atau dalam antrian (sekitar 85 % dari waktu produksi yang dibutuhkan).

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengetahui kondisi penjadwalan yang sebenarnya terjadi. Pokok permasalahan sebenarnya adalah penekanan inventory yang berlebihan sehingga mengakibatkan permasalahan yang sedang terjadi tidak terlihat dan akhirnya akan menambah flow time. Selain itu penekanan berlebihan diterapkan pada pemenuhan tujuan utilization dan lemahnya penentuan inventory yang sesuai.


1.5.       Jenis Sistem Produksi
1.5.1.    Pendekatan Sistem
Q       Just In Time (JIT)
Merupakan suatu pendekatan di dalam sistem produksi yang memiliki prinsip dasar membuat produk dalam jumlah, jenis, dan waktu yang sesuai dengan kebutuhan. Jika ketiga parameter tersebut dapat dijalankan pada semua tahapan proses, maka persediaan atau stok yang minimum akan dicapai (menghindari penumpukan produk, karena pemrosesan produk segera dilakukan). Tujuan utamanya memperoleh “shorter lead time”, sehingga akan dicapai penghematan biaya.

Beberapa faktor yang harus dipenuhi agar JIT dapat dilakukan dengan
baik adalah:

a)        Melakukan produksi campur merata (produksi yang memungkinkan berbagai jenis barang diproduksi secara berselingan dalam satu line produksi yang sama untuk satuan waktu tertentu, dan semua jenis barang tadi diproduksi dengan perbandingan yang sama / atau rata tanpa adanya stok diantara proses).
b)        Aliran proses yang kontinyu.
c)         Standardisasi kerja yang efisien (takt time yang efisien dan stok produk in process / WIP yang optimum)
d)        Penerapan production pulling system: Kanban proses / produksi.

Q       Kanban
Production pulling system” menerapkan bahwa suatu proses baru akan dilakukan untuk menghasilkan produk dan memenuhi proses berikutnya. Apa yang menjadi trigger adalah bahwa production system diberikan pada pos prosuksi terdepan (terakhir) yang akan menarik pos-pos sebelumnya. Untuk menjalankan sistem tersebut maka diperlukan “informasi” atau “komunikasi” yang cepat dan akurat, sehingga dapat segera dilakukan suatu langkah untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi.
“Alat komunikasi” untuk memperlancar proses tersebut adalah “kanban” / “kartu instruksi” (kanban proses, kanban produksi) dan intrumen lainnya seperti:

a)      Palet, konveyor, informasi elektronik, dll).
b)      Kanban Produksi
Merupakan kanban internal proses yang beredar di plant, baik itu proses produksi di suatu jalur produksi atau antar proses di lain jalur produksi.
c)      Kanban Transport
Merupakan kanban eksternal yang beredar di luar plant, baik itu kanban yang beredar ke plant lain dalam suatu perusahaan atau ke supplier.

d)      Kanban bertujuan untuk :
*         Meminimalkan kelebihan persediaan atau bahkan menghilangkannya.
*         Penyelarasan antar proses produksi.
*         Suatu prasyarat yang harus diikuti agar kualitas produk terjamin.
*         Menghilangkan pemborosan dan menurunkan biaya produksi.

Q       Kaizen
Merupakan salah satu “tools” yang digunakan untuk mencapai Excellent Production Operation. Kaizen diartikan sebagai continuous improvement yang dilakukan secara bertahap, berlanjut, unlimited time (dari waktu ke waktu). Proses yang dilakukan memiliki tahapan:
·      Penetapan standard kerja.
·      Proses pencapaian.
·      Pemeriksaan atas hasil yang didapat.
·      Serta peningkatan ke standard kerja yang lebih tinggi.

Tujuan penerapannya adalah untuk menurunkan man hour sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Penurunan tersebut dapat dilakukan melalui:
a.    Meneliti gerakan operator dalam bekerja (mengurangi aktivitas yang tidak menambah nilai tambah / pemborosan).
b.    Memperhatikan waktu kerja dari masing-masing operator (cycle time)
c.     Pengaturan kembali job operator.
d.    Melakukan improvement melalui operator improvement maupun facility improvement.
e.    Melakukan pengaturan lokasi kerja sebaik mungkin sehingga penggunaan waktu akan efektif dan terciptanya kombinasi pekerjaan yang lebih baik.

Q       MRP (Material Require Planning)
Pengendalian menitikberatkan pada perencanaan kebutuhan berdasarkan material pembentuk rakitan. Daftar kebutuhan material secara lengkap ditentukan berdasarkan bill of material, dan pemesanan dilakukan sesuai dengan urutan perakitan komponen yang terdiri atas sub atau sub-sub pembentuk unsur rakitan. Fungsi yang ada di organisasi bersinergi untuk merencanakan dan mengendalikan produksi sesuai kebutuhan material pada perakitan mesin.

1.5.2.    Pendekatan Proses
Q       Continuous process
Proses pembuatan produk dimulai dari bahan baku sampai dengan produk jadi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan seperti: pabrik kertas, pabrik semen, petro kimia, pengilangan minyak,
pengecoran logam.

Q       Batch process
Proses pembuatan produk terdiri dari beberapa sub proses yang dapat dipisahkan, atau proses pembuatan dapat dilakukan oleh beberapa mesin secara parallel yang tidak bergantung antara satu dengan yang lainnya.

Q       Fleet process
Proses ditinjau berdasarkan objek pemeliharaan fasilitas armada seperti angkutan umum, taksi bis, kapal laut, dan kapal terbang.


1.5.3.    Pendekatan Produk
Q       Job Shop
Karakteristik produk pesanan sangat bervariasi. Pesanan yang datang tidak hanya satu jenis saja tetapi beragram. Jumlah pesanan tidak banyak bahkan dapat dipesan dengan jumlah 1 buah atau 1 unit saja. Pabrik pembuat pesanan dirancang untuk mengantisipasi jenis pesanan yang beragam. Pola perencanaan dan pengendalian produksi dirancang untuk memenuhi kebutuhan pesanan yang beraneka ragam.

Q       Mass Produk
Karakteristik produk tidak bervariasi dan jumlah pesanan dalam orde ribuan, puluhan ribu, bahkan jutaan. Efisiensi waktu ditinjau sampai dengan satuan yang terkecil seperti waktu setup, waktu pemotongan, waktu perakitan. Untuk mencapai tujuan yang dimaksud maka diterapkan mekanisasi industri seperti sistem ban berjalan.

Q       Unit Produk
Karakteristik produk tidak bervariasi dan penciri utamanya bahwa produk pesanan terdiri atas beberapa komponen yang dirakit untuk membentuk suatu unit rakitan / mesin. Dan pabrik pembuat hanya membuat saju jenis produk saja.

1.6.       Keterkaitan Sistem Produksi dengan “QCDSF”, Cash Flow dan Margin Profit
Pendekatan kedua dilakukan melalui peninjauan terhadap keterkaitan diantara sistem produksi dengan cash flow (aliran kas keuangan) dan margin profit (keuntungan) dengan memperhatikan rambu-rambu berupa pemenuhan:
§  Kualitas produk yang dihasilkan (Quality)
§  Biaya produk yang bersaing (Cost)
§  Ketepan waktu penyerahan produk (Delivery)
§  Keamanan dalam produksi dan penggunaan produk (Safety)
§  Cara berproduksi dan produk yang dihasilkan memenuhi aspek moral kemasyarakatan dan lingkungan (Moral)


                           Cash flow suatu industri manufaktur
Tabel Margin profit



1.7.       Penanganan Produksi secara Terstruktur
Pendekatan pertama yang dapat dilakukan adalah melakukan penjabaran fungsi berikut ruang lingkup aktivitas terkait pada Industri Manufaktur. Hal tersebut dilakukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan secara konotasi saja (syarat struktur organisasi), melainkan juga harus dilengkapi dengan beberapa parameter terukur berikut cara mengukurnya untuk menentukan target, kinerja dan efisiensi yang akan, sedang dan telah dilakukan. Secara umum pembagian fungsi berikut aktivitas pada Industri Manufaktur dapat dikatagorikan menjadi:
§  Fungsi berikut Aktivitas Pemasaran dan Penjualan.
§  Fungsi berikut Aktivitas Perencanaan dan Pengendalian Produksi.
§  Fungsi berikut Aktivitas Pelaksana Produksi
§  Fungsi berikut Aktivitas Kendali Mutu.
§  Fungsi berikut Aktivitas Pengelolaan Logistik.
§  Fungsi berikut Aktivitas Pengelolaan Keuangan.
§  Fungsi berikut Aktivitas Pendukung.
Penanganan produksi secara terstruktur dapat dilihat pada gambar berikut:
   
Penanganan produksi secara terstruktur



1.8.       Sistem Dokumentasi berdasarkan ISO
Pada penerapannya, beberapa industri manufaktur telah mengimplentasikan sistem manajemen mutu berdasarkan ISO. Penerapan tersebut ditujukan untuk meningkatkan tingkat kepercayaan pelanggan pada suatu industri manufaktur. Penerapan dapat dimulai melalui penentuan uraian aktivitas yang diikuti dengan prosedur atau dokumentasi yang menyertainya.

Pemetaan proses yang dilakukan harus dapat mencerminkan keterkaitan antara seluruh aktivitas pada industri manufaktur secara terstruktur. Keterkaitan antar seluruh aktivitas umumnya dimodelkan melalui suatu bagan di bawah

Struktur aktivitas kegiatan produksi


......Semoga Bermanfaat...

1 comment:

Berkomentarlah yang sopan.
Komentar anda sangat membantu Admin untuk Pengembangan Blog ini